Cerita Fabel – Fabel merupakan sebuah cerita yang di dalamnya berisi gambaran tentang sifat, watak dan juga kelakuan manusia. Cerita ini dimainkan oleh sekumpulan hewan. Cerita fabel ini menjadi sebuah karya sastra yang isinya cerita pendek dan singkat. Tujuan dari cerita ini adalah untuk menyampaikan pesan moral yang ada di dalamnya kepada para pembaca.
Adapun kisah yang diceritakan dalam fabel sendiri bukanlah sesuatu kisah yang nyata. Itu hanya karangan yang ditulis oleh penulis untuk menyampaikan pesan moral. Ada banyak sekali contoh fabel yang ada. Dan pada kesempatan ini akan diulas tentang daftar cerita fabel yang menarik dan terbaru untuk Anda.
Berikut ini penjelasan lengkap seputar cerita fabel. Mulai dari Cerita fabel singkat, cerita fabel bergambar, cerita fabel panjang, cerita fabel untuk anak, cerita fabel lucu, cerita fabel terbaik, dll.
DAFTAR ISI
Cerita Fabel Babi dan Domba
Pada suatu desa yang cukup jauh dari kota, ada beberapa keluarga yang tinggal di dalamnya. Tepatnya ada di suatu lembah hijau disertai dengan pepohonan yang sangat rimbun. Keluarga yang tinggal tersebut mempunyai peliharaan babi dan juga domba yang snagat terkenal. Mereka mempekerjakan beberapa pekerja yang tinggal di sekitar lembah untuk memberi makan babi dan domba.
Selain memberi makan, mereka juga harus membersihkan keduanya. Jika bulu dombanya sudah lebat, maka para pekerja harus memotongnya dan menjual bulu tersebut ke pasar. Begitu pula dengan babi, jika beratnya sudah cukup para pekerja harus menjualnya ke kota. Jumlah dari domba dan babi di sana cukup banyak sehingga itu menarik minat para pembeli.
Dan konon katanya, pada masa itu binatang bisa berbicara satu sama lain yang tidak dimengerti oleh bahasa manusia. Kebetulan babi dan domba tersebut letak kandangnya berdekatan sehingga mereka bisa berbicara satu sama lain.
Sehari-hari, kadang suara babi dan domba ribut dan itu tidak diketahui oleh manusia bahwa mereka sedang berbicara. Saat hari jualan babi tiba, biasanya babi dengan ukuran yang besar ditimbang dan diserahkan kepada para pembeli.
Suatu hari, seekor babi yang masih muda dan ukurannya cukup besar akan dijual. Namun ia sulit saat hendak ditangkap. Namun, para pekerja akhirnya berhasil menangkap dan mengikat dua pasang kaki babi tersebut.
Babi muda tersebut berteriak dan meronta. Melihat hal itu, kawanan domba pun berteriak.
“Dasar penakut”
Kemudian salah satu dari kawanan domba menambahkan “mengapa kamu menangis dan teriak denga gaduh. Padahal temanmu yang lain jarang melakukan sesuatu yang sama. Mereka pasrah dengan nasib sekalipun harus disembelih”
Mendengar hal tersebut, salah satu babi dewasa berkata “Hai domba sok bijak, kamu bisa berkata begitu karena tidak mengalami apa yang kami alami. Kamu hanya dicukur bulunya tanpa harus disembelih. Namun lihat kami, kami diambil dan tak lama lagi nyawa kami hilang. Hidup kami tentulah tidak senikmat hidup kalian. Begitu tegakah engkau mengejek anak babi yang sedang diujung kematian?”
Sejak saat itu, kandang domba menjadi sunyi dan senyap. Mereka merenungkan apa yang sudah disampaikan oleh salah satu babi tersebut. Dan akhirnya merekapun sadar bahwa mereka lebih beruntung dari pada babi. Lalu merekapun meminta maaf kepada babi dewasa yang tadi.
Cerita Fabel Seekor Rubah dan Bangau
Pada suatu hari ada seekor rubah tengah jalan-jalan di sekitar hutan. Ia kemudian berfikir bahwa hari ini cuaca cerah dan ia bisa pergi memancing. Kemudian, ia pun mempersiapkan alat untuk memancing dan segera bergegas menuju telaga yang ada di tengah hutan.
Saat tiba di telaga, ia mendapati ada burung bangau di sana sedang seberang. Ia pun menyapa sembari mengeluarkan pancingnya, “Hai bangau, apa yang sedang kau lakukan?” Rubahpun membayangkan bahwa ia akan memperoleh ikan yang banyak untuk makan malamnya.
Bangau pun menjawab, “Aku sedang berenang sambil menikmati air telaha yang sejuk membasahi buluku” Jawab bangau sembari menggepakkan sayapnya.
Rubah pun mulai memancing danj tak lapa kemudian pancingnya bergetar. Ia pun bergegas menarik pancingnya dan menyaksikan seekor ikan di sana. Dengan penuh suka cita ia berkata, “Asyik aku akan pesta besar nanti malam. Bangau, apakah kamu mau makan malam di tempatku?” Tanya rubah sambil membereskan alat memancingnya.
Bangau pun mengiyakan ajakan rubah. Dan tepat di waktu makan malam, bangau datang ke rumah rubah, “Tok…tok…tok!!”
Sembari membuka pintu rumahnya, rubah berkata “Silahkan masuk!”. Mereka pun duduk di meja makan yang sudah tertata rapi. Bangau merasa amat lapar karena aroma masakan yang mengundang selera. “Baunya sangat harum, tentu saja rasanya enak”.
Akhirnya makanan dihidangkan. Tubah memasak sup ikan dan meletakkannya di mangkuk kecil. Menyaksikan hal tersebut, bangau sedih karena paruhnya yang panjang tentu saja ia tidak bisa memakan sup di mangkuk kecil tersebut.
Akhirnya, sang bangau hanya metatap dan berdiam. Melihat hal itu, rubah bertanya, “Bangau kenapa kamu tidak makan? Kamu tidak suka?”
“Paruhku panjang sehingga tidak bisa dipakai untuk memakan sup di mangkuk kecil tersebut” Jawab bangau.
Rubah pun menjawab, “Maafkan aku bangau, namun yang ku punya hanya mangkuk kecil ini. Tapi kamu tidak perlu bersedih karena aku sudah menemukan jalan keluar.”
Akhirnya, rubahpun mengambil sebuah rantang dan mengisinya dengan sup sampai penuh. “Ini bawalah rantangnya pulang dan kamu bisa menikmati makan malam di rumahmu.” Ujar rubah. Kemudian, bangau pun menjawab, “Terima kasih rubah, kamu baik sekali. Besok giliran aku yang akan mengundangmu makan malam di rumah”.
Cerita Fabel Semut dan Belalang
Di suatu tempat, tepatnya di tengah hutan hidup seekor semut yang rajin. Ia selalu mencari makanan dan menyimpan di lumbungnya. Ia sangat semangat sekalipun harus diguyur hujan dan disengat teriknya matahari.
Suatu hari saat ia tengah membawa makanan untuk disimpan pada lumbung, ia bertemu dengan seekor belalang yang bermalas-malasan sambil berjemur. Belalang itu bertanya, “Hai semut, apa yang sedang kau lakukan?”
“Aku tengah bersusah payah mengumpulkan makanan di lumbung” Jawab semut. Mendengar itu, belalang pun menimpal, “Buat apa susah payah mengumpulkan makanan, di hutan ini banyak makanan yang bisa disantap”.
Semut pun menjawab, “Ia benar lang, namun aku menyimpan makanan sebagai persiapan musim dingin nanti”. Belalangpun kembali menertawakan semut, “Musim dingin masih lama. Untuk apa susah payahnya sekarang. Lebih baik senang-senang dulu”.
Namun semut sama sekali tidak peduli dengan ejekan belakang yang malas. Ia tetap saja sibuk menyiapkan makanan di lumbungnya. Keesokan harinya saat hendak pergi mencari makanan, ia kembali melihat belalang yang malas dan menertawakannya kembali.
Sepanjang hari, semut selalu sibuk mengumpulkan makanan. Sedangkan belalang hanya asik bermain sambil bersenang-senang. Akhirnya lumbung makanan semut hampir penuh. Namun itu tidak membuatnya merasa puas dan ia tetap mencari makanan untuk disimpan.
Akhirnya, tibalah musim dingin. Semut dengan santai duduk di rumahnya sambil menikmati makanannya yang banyak. Sementara belalang hanya menyimpan makanan dalam jumlah sedikit karena ia fikir musim dingin akan segera berakhir.
Tak terasa musim dingin sudah berlalu selama satu bulan. Persediaan makanan yang dimiliki oleh sang belalang pun habis. Sedangkan semut masih duduk santai sambil menikmati makanannya. Belalang mencoba mencari makanan namun sama sekali tidak berhasil.
Akhirnya ia pun mengetuk pintu rumah semut dan semut pun membuka pintu. “Ada apa lang?” Tanya semut. “Tolong berikanlah kepadaku sedikit saja persediaan makananmu. Karena aku kelaparan dan persediaanku sudah habis” Jawab belalang.
“Enak aja kau. Ketika aku susah mengumpulkan makanan engkau malah mengejek dan menertawakanku. Dan sekarang mau minta persediaan makananku. Pergilah sana, cari sendiri makananmu!” Jawab semut geram.
Akhirnya belalang meninggalkan rumah semut guna menemukan makanannya namun sama sekali tidak menemukan apapun. Saat belalang hampir mati lantaran kedinginan, akhirnya semut datang menolong dan mengajaknya ke rumah untuk menikmati makanan.
Cerita Fabel Semut dan Merpati
Pada suatu ketika di musim panas, ada gerombolan semut yang berjalan dan membawa makanan di atas kepala meeka. Mereka terlihat sangatlah kompak. Pemimpin mereka memberkan aba-aba ketika harus melangkah dan berbelok. Semut tersebut selalu mengikuti petunjuk sang pemimpin hingga tibalah mereka di sarangnya.
Sesudah meletakkan hasil bawaaan, mereka berpisah untuk menjalankan tugas lain. Ada salah satu semut yang masih muda. Ia penasaran dengan dunia yang ada di luar sarangnya. Ia pun akhirnya izin kepada pemimpin untuk pergi dan melihat-lihat dunia luar. Pemimpin pun menjawab,
“Anakku, apabila engkau hendak pergi untuk jalan-jalan, boleh saja. Namun engkau harus hati-hati karena di luar sarang ini dunia amat luas dan juga kejam” Pesan pemimpin tersebut.
Sesudah menyiapkan bekal, semutpun pamit kepada pemimpin, “Pak pemimpin, aku akan pergi sekarang juga”. Pemimpin menjawab, “Hati-hati di jalan dan cepatlah pulang”.
Tak jauh dari sarang, ada sungai yang airnya sangat jernih. Karena ingin tahu, semut muda pun berjalan menelusuri lembah. Ia memanjat pohon dan juga rerumputan berkali-kali. Ia berjalan dengan tak kenal lelah. Ia pun melihat mata air jernih dan mendatanginya untuk minum.
Ketika dekat dengan mata air tersebut, ia bingung karena letak mata airnya lebih tinggi dibandingkan tanah tempat ia berpijak. Ia pun naik ke atas batang rumput. Saat hampir berhasil, ia terpeleset dan jatuh ke dalam mata air.
Ketika ia sedang kesulitan bangun, ada seekor merpati yang hendak menyelamatkannya. Merpati tersebut mengambil daun di pohon sampai jatuh di dekat semut muda. Dengan susah payah, semut muda segera naik ke atas daun. Ia pun berterima kasih kepada burung merpati.
“Hai burung merpati, aku berterima kasih karena engkau telah menyelamatkanku” Kata semut muda. Merpati pun menjawab, “Iya sama sama semut, apa yang sedang engkau lakukan di sini?”
“Aku tengah jalan-jalan untuk melihat dunia di luar sarang semutku” Jawa semut.
Ketika mereka sedang bercakap-cakap, tiba-tiba ada bahaya yang tengah mengintai. Ada seorang pemburu yang hendak menembak merpati. Merpati pun langsung bergegas terbang dan meninggalkan semut sendirian.
Menyaksikan kejadikan itu, akhirnya semutpun berlari kea rah pemburu dan menggigit kakinya. Akhirnya, penburu tersebut merintih kesakitan. Merpati berkata,”Terima kasih semut karena engkau sudah menyelamatkanku”.
“Sama-sama burung merpati, engkau tadi juga menyelamatkan nyawaku” jawab semut. Akhirnya mereka pun segera berpisah.
Cerita Fabel Rusa dan Kura-Kura
Pada zaman dahulu, hidup seekor rusa yang amat pemarah dan juga sombong. Ia bahkan kerap meremehkan kemampuan hewan yang lain. Suatu ketika sang rusa berjalan di pinggir danau. Ia tidak senjaga berjumpa dengan kura-kura yang tampak mondar mandir saja. Melihat hal itu, sang rusa pun bertanya, “Kura kura, apa yang tengah engkau lakukan?”
Mendengar itu, sang rusa tiba-tiba marah, “Kau jangan berlagak. Kau hanya mondar mandir dan berlagak mencari sumber kehidupan”.
Kura-kura pun berupaya untuk menjelaskan akan tetapi rusa tetap saja marah. Rusa juga mengancam akan menginjak tubuh kura-kura. Akhirnya, kura kura merasa jengkel dan menantang rusa untuk adu kekuatan dari betis kaki mereka.
Mendengar tantangan tersebut, tentu saja rusa amat marah. Akhirnya, ia minta kepada kura-kura untuk menendang betisnya terlebih dahulu. Namun, kura-kura tidak mau dan menjawab, “Apabila aku yang menendang betismu lebih dulu, tentu saja engkau akan jatuh dan tidak sanggup membalasku”.
Akhirnya, rusa semakin marah dan melakukan ancang-ancang untuk menendang kura kura. Namun, kura-kura segera memasukkan kaki-kakinya ke dalam tempurung. Akhirnya, rusa menginjak tempurung dengan kuat dan itu menyebabkan kura-kura tertimbun di tanah.
Kura-kura pun berusaha keluar. Dan sesudah seminggu berlalu, ia berhasil keluar dari tanag dan mencari rusa. “Bersiaplah rusa, kini aku yang saatnya menendang”. Mendengar itu,rusa hanya memandang remeh kemampuan yang dimiliki oleh kura-kura. “Kerahkan saja semua kemampuan yang engkau miliki untuk menendang betisku. Ayolah jangan ragu”.
Kura-kura pun bersiap dan mengambil ancang-ancang tempat tinggi. Kemudian, ia pun menggelindingkan tubuhnya. Dan ketika sudah hampir mendekati tubuh rusa, ia pun menaikkan tubuhnya sampai melaayng. Ternyata kura-kura mengincar hidung sang rusa. Dengan sangat keras, akhirnya tempurung kura ura berhasil menyebabkan hidung sang rusa putus. Dan akhirnya ia pun mati.
Cerita Fabel Anjing, Gunung, Keledai dan Macan Tutul
Pada suatu masa, hiduplah seekor keledai yang sedang pergi untuk mencari seekor anjing gunung. Ia pun pergi ke sebuah gunung yang amat tinggi, Dengan senjaga ia mencari anjing gunung untik diajak berburu bersama di hutan lebat.
Sesudah beberapa saat menaiki gunubg, akhirnya ia berhasil menemukan seekor anjing gunung yang tengah berjalan. Lalu iapun mengajak anjing tersebut untuk berburu dan kebetulan anjing gunungnya bersedia.
Akhirnya, keledai dan juga anjing tersebut pergi ke hutan lebat untuk berburu. Namun, ketika hendak memasuki hutan, mereka bertemu dengan seekor macan tutul yang tengah tiduran di bawah pohon besar. Akhirnya, keledai pun mengajak macan tutul untuk berburu bersama sekalian.;
Sesudah berhasil menemukan teman berburu, akhirnya keledai mengajak semua personilnya untuk memasuki hutan lebat. Alhasil mereka bisa menangkap hewan-hewan buruan bersama dan mendapatkan cukup banyak buruan sejak pagi sampai sore hari.
Mereka membawa hewan tangkapan ke tempat yang terbuka dan kemudian menumpuk hasil buruan bersama tersebut. Adapun hewan buruan yang mereka dapatkan adalah kelinci, rusa, kerbau, kijang, kambing dan juga uncai. Dan kini saatnya mereka berbagi hewan tangkapan satu sama lain.
“Kedelai, silahkan bagilah makanan itu” Pinta sang macan tutul. Kemudian macan tutulpun menghitung jumlah tangkapan yang didapat. Sesudah itu, sang kedelai membagi hewan tersebut menjadi tiga bagian yang banyaknya sama.
Melihat hal tersebut, sang macan tutul menjadi marah dan langsung menerkam kedelai hingga mati. Dengan demikian, bertambahlah tumpukan hewan tangkapannya. Lalu, macan tutul pun menoleh kepada anjing gunung dan berkata, “Sekarang kamu yang harus membagikan hewan tersebut”.
Akhirnya, anjing gunung pun mendekati hewan tangkapan tersebutdan membagi dua tumpukan yang sama besarnya. Sesudah itu, ia menggingit kelinci di mulutnya yang besarnya amat kecil dan tentu saja tidak berarti untuk sang macan tutul.
Macan tutul yang awalnya marah akhirnya reda ketika melihat anjing gunung berhasil membagikan hewan tangkapan dengan sangat adil. “Kau sangatlah pandai di dalam membuat suatu keputusan anjing gunung. Engkau membagikan makanan tersebut dengan sangat adil. Dari mana kamu belajar? Apakah kamu belajar dari keledai?” Tanya sang macan tutul.
“Ya aku belajar dari keledai” Jawab sang anjing gunung sambil pergi menjauh dari hadapan macan tersebut. “Aku tak mau mengulang nasib yang sama dengan keledai” Celetuk aning gunung yang sangat kecewa dengan keserakahan sang macan tutul. Akhirnya, ia pun berjanji pada diri sendiri bahwa di suatu hari tidak akan mau lagi bekerja sama dengannya.
Cerita Fabel Kadal dan Ular Air
Di salah satu kolam yang besar, hiduplah seekor kadal yang tengah berjalan di bagian pinggir kolam. Kadal tersebut rupanya sedang mencari kegiatan baru karena ia ingin mendapatkan sesuatu yang baru. Bahkan, ia ingin berpetualang saat ia berjalan di pinggiran kolam sembari mengeluarkan lidahnya.
Kemudian ia melihat sebuah kepala yang berlenggak lenggok seolah tengah mencari sesuatu. Kadal pun mendekatinya dan akhirnya dia sedikit kaget lantaran dia melihat seekor ular yang liar. Ular air tersebut ternyata juga menyadari adanya sang kadal lalu ia mendekatinya.
Sesudah sampai di dekat kadal, ular tersebut meninggikan bagian kepalanya dan berkata, “Apa yang sedang dilakukan seekor kadal gemuk di pinggir kolam?” Kadal pun agak menjauh lantaran takut dimangsa sang ular. “Aku hanya sedang mencari kegiatan dan juga petualangan baru” Tutur sang kadal.
“Kenapa engkau menjauh, Tenang aku sama sekali tidak ingin memakanmu karena aku sudah kenyang dengan ikan kecil yang ada di kolam. Jadi kamu ingin memperoleh petualangan yang seru. Apa engkau pernah lewat kolam ini sendirian?” Tanya sang ular.
“Aku tidak pernah melewatinya karena kolam satu ini terlampau luas untuk diseberangi. Aku memang bisa berenang walau tidak mahir. Tapi aku aku takut menyeberang kolam ini” Jawab sang kadal. Ular pun menjawab, “Jika kau ingin menyeberanginya, aku pasti akan membantumu”.
Karena sang kadal amat ingin menyeberangi kolam, akhirnya tanpa berfikir panjang ia menerima ajakan ular. Kemudian sang ular meminta kadal untuk mencari tali untuk diikatkan kepada ekornya. Tujuannya agar kadal tidak tenggelam saat berenang.
Akhirnya, kadal pun mencari tali di bagian pinggir kolam dan ia mendapatkannya. Kemudian kadal menalikan kaki depannya kepada ekor ular dengan sedikit kuat. Akhirnya ular dan kadal tersebut berenang di kolam yang luas bersama-sama. Namun, ketika sampai di bagian tengah kolam, ular berfikir untuk membuat kadal tenggelam.
Saat akan melakukan hal itu, tiba-tiba tubuh ular tersebut tertarik ke bagian atas dan dia tidak dapat melepaskan diri. Hal itu lantaran sang kadal disambar oleh alap-alap sehingga itu menyebabkan tubuh ular menjadi bergelantungan.
Cerita Fabel Kelinci dan Anjing Petani
Pada salah satu perkebunan jaging yang luas ada seekor anjing petani yang tengah mencari kelinci berkeliaran untuk kemudian ia mangsa. Ketika masih muda, anjing tersebut memang dilatih untuk mmapu mengejar hewan yang mengganggu perkebunan jagung milik petani.
Daun jagung milik petani tersebut kerap dimakan oleh kelinci sehingga tanamannya tidak bisa tumbuh dengan baik. Selain itu, juga menyebabkan hasil panen menjadi berkurang. Karena itulah petani meletakkan anjing tersebut di perkebunan.
Di suatu pagi, sang anjing yang baru saja terbangun dari tidur mengelilingi kebun sambal mengendus bau hewan yang lain. Penciuman dari anjing tersebut sangatlah tajam bahkan bisa mendeteksi bau kelinci dari jarak yang cukup jauh.
Akhirnya, sang anjing menelusuri bau tersebut dan ditemukanlah kelinci yang tengah asik memakan pucuk jagung muda milik petani. Ketika jarak mereka sudah sangat dekat, akhirnya sang anjing mengejar kelinci tersebut dengan cepat. Namun, karena sang kelinci memiliki indera pendengaran yang sangat peka, maka dia bisa tahu gerak gerik sang anjing.
Akhirnya dengan cepat sang kelinci melompat sangat jauh. Anjing itu terus mengejar kelinci dan kelinci semakin menjauh. Namun, sang anjing tidak menyerah karena kemampuannya untuk mengejar mangsa sangat tinggi. Namun, tetap saja kelinci berhasil menghindari kejaran anjing tersebut hingga akhirnya anjing pun menyerah dan berhenti mengejar kelinci.
Ternyata, peristiwa tersebut dilihat oleh burung gagak yang tengah bertengger di pohon yang daunnya tidak begitu lebat. Ketika anjing tersebut melewati pohon, gagak bertanya kepada anjing, “Ternyata seekorn kelinci bisa lari lebih kencang dibanding anjing”.
Lalu anjing pun menjawab, “Apakah engkau tidak melihat perbedaan yang amat mencolok di antara aku dengan kelinci tersebut?” Gagak menimpal,”Aku tidak melihat perbedaan tersebut. Memangnya perbedaan apakah yang engkau maksudkan?”
Anjing pun menjawab,”Aku lari untuk menangkap makanan, sementara kelinci berlari untuk mempertahankan hidupnya. Suatu keinginan bisa berpengaruh untuk kerasnya suatu usaha”.
Cerita Fabel Kuda yang Memakai Kulit Harimau
Terdapat seekor kuda yang tengah berjalan dari suatu ladang gandum menuju suatu hutan yang cukup lebat. Ia sudah sangat puas memakan gandum yang terdapat di ladang. Dan dia merasa sangat gembira karena tidak ada petani yang menjaga ladang gandumnya.
Saat berada di perjalanan menuju hutan yang lebat, tidak senjaga ia bertemu dengan semacam kulit harimau. Kemudian ia mendekatinya dan benar saja, itu adalah kulit harimau yang mungkin saja ditinggal oleh para pemburu hewan. Akhirnya, kuda tersebut mencoba memasang kulit harimau pada tubuhnya dan ternyata sangat pas.
Kemudian, di benaknya pun terlintas untuk menakuti hewan-hewan di hutan yang ia jumpai kemudian di bergegas untuk sembunyi. Akhirnya ia pun berhasil menemukan semak-semak dengan memakai kulit harimau. Di sana ia bersembunyi sambil menunggu hewan di hutan melewatinya.
Tidak lama setelah itu, ada beberapa domba gunung yang berjalan menuju arahnya. Lalu kuda siap untuk melompat. Akhirnya, sang kuda pun meloncat ke arah domba dan secara serentak domba tersebut berlarian kesana kemari karena ketakutan. Kuda tersebut akhirnya tertawa dan puas karena berhasil menakuti domba-domba tersebut.
Kemudian, kuda kembali ke persembunyiannya di semak-semak untuk menunggu datangnya hewan lain yang melewatinya. Akhirnya datanglah seekor tapir yang berjalan dengan lambat. Kemudian sang kuda melompat ke arah tapir. Tapir pun berlari dengan sekencang-kencangnya karena takut dengan kuda yang mengenakan kulit harimau tersebut.
Sesudah itu, kuda kembali bersembunyi untuk menakuti hewan lainnya. Kali ini kuda tersebut menunggu cukup lama. Akhirnya, datanglah seekor kucing hutan yang sedang lari dengan membawa tikus di mulitnya. Namun, kucing tersebut tidak melewati semak-semak melainkan asik memakan tikus yang ia mangsa di dekat pohon besar.
Menyaksikan hal itu, akhirnya kuda memiliki inisiatif untuk mengagetkan sang kucing dari belakang. Saat sudah amat dekat dengan kucing, kuda tersebut mengaum layaknya seekor harimau. Namun, ia baru menyadari bahwa ia tidak mengeluarkan auman harimau akan tetapi auman kuda. Mendengar hal tersebut kucing pun menoleh ke arah belakang dan melihat kura berpakaian harimau dan mengeluarkan suara kuda.
Akhirnya kucing pun tertawa terbahak-bahak dan berkata, “JIka aku melihat engkau menggunakan kulit harimau, tentu saja aku akan merasa ketakutan. Namun aumanmu adalah suara kuda”.
Cerita Fabel Buaya yang Serakah
Pada pinggiran sebuah sungai, hidup seekor buaya yang tengah kelaparan. Ia tidak memakan apapun selama tiga hari. Dan kini perutnya sangat lapar dan jika ia tidak makan, maka bisa-bisa mati. Ia pun kemudian masuk ke dalam sungai dan berenang di dalamnya untuk menemukan makanan.
Akhirnya, sang buaya melihat ada seekor bebek yang tengah berenang. Ketika sang bebek tahu sedang diincar oleh buaya, ia pun akhirnya menepi. Melihat bebek yang hendak dimangsa tersebut kabur, akhirnya buaya pun mengejarnya dan alhasil bebek tertangkap olehnya.
Sembari menangis ketakutan sang bebek berkata, “Ampun buaya, lepaskanlah aku. Dagingku hanya sedikit. Mengapa engkau tidak memangsa kambing saja di hutan”. Sembari menunjukkan taring tajamnya, sang buaya berkata,”Baiklah kalau begitu antarkan aku ke tempat persembunyian kambing di hutan sekarang”.
Kemudian tidak jauh dari tempat itu, ada lapangan hijau dimana banyak kambing yang sedang mencari rumput untuk dimakan. “Pergi sana, aku akan memangsa kambing saja”. Akhirnya bebek merasa sangat senang dan berlari dengan kecepatan yang penuh.
Buaya pun akhirnya mendapati seekor anak kambing yang berhasil ia tangkap sesudah beberapa lama. Karena saking takutnya, anak kambing tersebut berkata,”Tolong jangan makan aku. Aku masih sangat kecil sehingga dagingku tidaklah banyak. Mengapa engkau tidak memakan gajah saja yang dagingnya lebih banyak dariku. Aku akan mengantarmu kesana”.
“Baiklah, antarkan aku kesana sekarang juga!” Pinta gajah. Akhirnya, buaya diajak ke tepian danau yang sangat luas oleh anak kambing tersebut. Dan benar saja, di sana sudah ada anak gajah yang besar. Akhirnya, buaya langsung mengejar dan kemudian menggigit kaki anak gajah tersebut. Namun, kulit gajah sangat tebal sehingga itu tidak dapat melukainya.
Anak gajah pun berteriak dan meminta tolong kepada sang ibu. Sedangkan buaya terus saja berusaha untuk menjatuhkan gajah tersebut. Namun sayangnya tidak bisa. Mendengar teriakan sang anak, sekumpulan gajahpun akhirnya mendatangi dan menginjak buaya hingga ia tidak bisa bernapas.
Akhirnya, sang buaya tetap saja tidak mampu melawan karena ukuran ibu gajah yang amat besar. Belum lagi ia dalam keadaan lemas karena belum makan. Setelah itu, buaya pun mati karena sudah kehabisan tenaga.
Cerita Fabel Kera yang Banyak Akal
Dalam seminggu terakhir, musim hujan telah datang. Kawanan kera yang tinggal di lereng gunung tentu saja merasa bimbang. Mereka kebingungan akan mencari tempat berteduh yang aman dimana. Mereka tahu persis bahwa lereng gunung yang mereka tempati sudah gundul dan bisa-bisa longsor karena terus terguyur hujan.
Di dalam hutan lereng gunung tempat kera berada, hidup juga seekor ular piton yang cukup besar. Ia adalah seekor pemangsa yang sangat hebat. Ia pun membuat sebuah sarang di pohon yang suah ditebang. Ia hidup sepi menyendiri dan menanti sesuatu untuk kemudian dimangsa.
Ketika musim lapar, ular piton yang memiliki warna cokelat tersebut akhirnya keluar dari sarang. “Hari ini mendung bahkan mulai gerimis. Tentu saja sebentar lagi akan hujan lebat. Aku sangat suka karena di saat seperti ini akan banyak makanan yang bisa ku mangsa” Gumam si piton.
Ular piton mengetahui bahwa ketika hujan turun, hewan yang ada di lereng gunung akan mencari tempat untuk berteduh, kadangkala di bawah pohon, kadangkala di goa sebagai tempat mereka untuk bersembunyi. Selain berteduh dan menunggu hujan reda, tidak ada yang bisa mereka lakukan.
Piton pun mulai mengendus aroma daging dari mangsanya. Akhirnya, piton melihat ada seekor kera yang masih mungil sedang menggigil dan berteduh di bawah pohon aren. Ia bergumam, “Asik, ini bisa menjadi santapan siang”. Bahkan ia sudah membayangkan kelezatan tubuh kera yang pasti renyah itu.
Sesudah itu, ia mencoba mencari strategi untuk menyergap sang kera supaya bisa tepat sasaran. Ketika sudah dekat dengan sang kera, si piton mendapati bahwa kera tersebut sedang merintih seolah sedang kesakitan. Ular piton pun berubah fikiran. Dalam hati ia bertanya, “Ah sakit apa sih dia?”.
Piton pun kembali mendekati kera yang sedang merintih dan menggigil sendirian. “Hai kera, kenapa kamu menggigil? Apa kamu sedang sakit demam?” Tanya piton sembari menampakkan diri di hadapan kera mungil itu.
“Piton, kau benar-benar membuatku merasa kaget. Hujan-hujan begini kau mau kemana?” Tanya kera balik. “Aku Cuma mau lewat saja. Aku sangat suka dengan hujan karena aku bisa bermain air. Kau tadi belum menjawab pertanyaanku” Tambah piton.
“Kakiku sakit. Tadi aku terkena jebakan di hutan semacam jebakan tikut, untungnya aku berhasil melepaskan diri” Rintih sang kera.
“Lukamu lumayan parah. Darah di kakimu masih banyak. Jika tidak dibersihkan bisa membusuk” Tammabh piton.
“Benar sekali. Akan muncul banyak kuman. Dan sepertinya tubuhku dipenuhi dengan kuman. Sebentar lagi aku akan membusuk. Kenapa kau tidak memakanku saja. Makan aku saja. Cepat” Ujar kera.
Piton sangat bingung karena di satu sisi dia sedang dalam keadaan lapar dan di sisi yang lain ia merasa jijik dengan kuman yang ada di tubuh kera. Ia pun mengaku tidak tega jika harus memakan kera. Padahal sebenarnya dia tidak mau kuman yang ada di tubuh kera hinggap di tubuhnya.
“Baiklah aku akan membersihkan lukaku dan mencari air sungai terdekat” pamit kera.
“Baik, kamu teang saja. Sekalipun engkau sudah kembali sehat, aku tetap saja tidak akan memburumu” Tambah piton.
Akhirnya ular piton pun pergi lebih dulu meninggalkan sang kera yang mungil yang cerdik akalnya. Di dalam hati, sang kera tertawa berbahak-bahak karena ia bisa menyelamatkan diri dari ancaman sang ular dengan sangat mudah. Ia tidak menyangka sekalipun tampang sang ular menyeramkan, namun masih bisa berbyat baik juga. Pantas saja jenis ular ini sering diburu manusia dan dijadikan hewan peliaraan.
Demikianlah ulasan tentang cerita fabel yang terbaru dan menarik untuk dijadikan bahan bacaan dan sarana untuk mengajarkan moral kepada anak-anak keturunan. Semoga bermanfaat.
Cerita fabel singkat, cerita fabel bergambar, cerita fabel panjang, cerita fabel untuk anak, cerita fabel lucu, cerita fabel terbaik, dll.
Boleh copy paste, tapi jangan lupa cantumkan sumber. Terimakasih