Contoh Wangsalan – Jika menyebut-nyebut soal bahasa Jawa, tentu saja memang bahasa lokal saat ini sudah cukup banyak di tinggalkan, bahkan oleh masyarakatnya sendiri. Hal ini pun tidak hanya terjadi pada bahasa Jawa saja melainkan pada beberapa bahasa lainnya pun demikian. Bahkan, tidak jarang ada yang menganggap bahwa bahasa daerah seperti ini merupakan bahasa yang sudah kuno.
Dengan keadaan yang demikian, tentu saja tidak heran jika penggunaan bahasa Jawa mulai meredup di kalangan masyarakat sendiri. Mungkin juga termasuk di wilayah Anda. Namun, jangan sepenuhnya beranggapan bahwa bahasa Jawa sudah kehilangan ruhnya karena masih ada beberapa keluarga, bahkan beberapa wilayah yang dengan setia tetap melestarikannya dalam kehidupan.
Selain itu, di jenjang pendidikan pun banyak di perkenalkan pelajaran bahasa Jawa sehingga generasi muda pun tetap mengenal adanya bahasa daerah mereka. Meski pun mungkin usaha ini masih bisa di katakan kurang efektif. Nah, dalam hal ini sebagai masyarakat Jawa sendiri, Anda perlu banyak-banyak ikut serta melakukan pengembangan bahasa daerah tersebut sehingga tetap terjaga.
Dalam pelajaran bahasa Jawa, mungkin banyak di kenal istilah-istilah asing. Apalagi bagi Anda yang mungkin kurang mengenal tentang berbagai kaidah bahasa tersebut. Bahkan dalam bahasa Jawa pun di kenal dengan adanya istilah aksara Jawa yang merupakan penulisan dengan huruf khusus tanpa menggunakan abjad. Selain itu pun ada juga yang di sebut dengan wangsalan.
Wangsalan sendiri merupakan salah satu aspek penting dalam bahasa Jawa yang harus di pahami dan di pelajari. Hanya saja, mungkin tidak sedikit masyarakat yang kurang memahaminya secara lebih rinci, termasuk orang jawa sendiri. Nah, jika Anda belum banyak mengenal tentangnya, jangan khawatir karena di bawah ini ada berbagai informasi penting terkait wangsalan yang bisa di simak.
Berikut penjelasan lengkap seputar wangsalan. Mulai dari Pengertian wangsalan, fungsi wangsalan, contoh wangsalan tunggal, contoh wangsalan rangkep, contoh wangsalan lamba, contoh wangsalan memet, contoh wangsalan biasa, dll.
DAFTAR ISI
Pengertian Wangsalan
Sebelum mengenal lebih jauh tentang wangsalan, termasuk berbagai jenis dan contohnya, di sini Anda perlu mengenal apa itu wangsalan baik dalam bahasa Jawa maupun dalam bahasa Indonesia. Wangsalan ini merupakan sebuah istilah yang merujuk pada formula singkat yang berkaitan dengan suatu hal. Bentuk formula ini pun secara fonologis saling bertalian maksudnya.
Dalam hal ini hubungan yang terdapat seacar fornologis dalam wangsalan di dapat ketika kedua maknanya memang saling di hubungkan. Mungkin beberapa penjelasan tersebut cukup membingungkan bagi Anda. Namun, jangan khawatir karena setelah mengenal lebih dalam mengenai berbagai contoh dan bentuk wangsalan, Anda pun akan memahaminya secara lebih baik.
Salah satu contoh wangsalan singkat di sini adalah kalimat jenang sela, wader kali sesonderan. Arti dari kalimat ini tidak lain adalah maafkan jika ada kesalahan saya. Sebenarnya secara bahasa mungkin tidak ada hubungan antara wangsalan dan maknanya tersebut. Namun, setelah di hubungkan pada akhirnya bisa di pahami bahwa maknanya memang merujuk pada minta maaf.
Dalam hal ini tentu saja masih banyak sekali contoh lain dari wangsalan yang bisa Anda pelajari lebih dalam. Bahkan tidak hanya contohnya, wangsalan pun terdapat dalam berbagai jenis yang juga harus Anda ketahui lebih dalam nantinya. Namun, sebelum itu, terlebih dahulu Anda harus mengenal dan memahami tentang bagaimana bentuk wangsalan sendiri sehingga lebih runtut pemahamannya.
Bentuk Wangsalan
Dalam mempelajari bentuk wangsalan, bisa di katakan ini hanya sebauh teori. Namun, tentu saja teori ini tidak dapat di simpulkan sebagai teori belaka karena adanya teori dan wangsalan lebih dahulu wangsalannya. Jadi, teori akan bentuk wangsalan pun muncul setelah di teliti secara mendalam tentang berbagai wangsalan yang di temui sendiri.
Dalam hal ini, jika di perhatikan dari sebua wangsalan yang ada, bisa di sebutkan bahwa seluruhnya memang menggunakan bentuk frase nomina atributif. Sedangkan dalam kaidah frase nomia atributif sendiri, ada yang di sebut sebagai unsur pusat berupa nomina, dan ada satu atau beberapa unsur lain yang berperan sebagai atribut saja sebagaimana dalam wangsalan.
Berbicara lebih jauh mengenai bentuk wangsalan sebagai frase nomia atributif, perlu di ketahui bahwasanya bentuk ini bisa di bedakan menjadi dua. Yang pertama adalah frase nomia di mana atributnya berfungsi sebagai pembatas saja. Dan yang kedua adalah farse nomina atributif yang mana atributnya memiliki fungsi sebagai penjelas atau penjelas terhadap nominanya.
Setelah di lihat lebih jauh lagi dari seluruh wangsalan yang ada, perlu di ketahui bahwa bentuk wangsalan ini yang paling panjang hanya terdiri dari 4 kata saja. Selain itu, ada yang berjumlah 3 kata saja. Sedangkan sisa dari keduanya, seluruhnya bentuk wangsalan terdiri dari 2 kata. Sehingga bisa di sebutkan bahwa jumlah penyusun kata wangsalan pun memang pendek-pendek.
Selain jumlah katanya, bentuk wangsalan ini bisa juga di amati dari bentuk suku kata yang di gunakan. Dalam hal ini bentuk suku kata dalam wangsalan pun hampir sama seluruhnya atau memang sudah teratur. Bagaimana tidak, dalam hal ini untuk setiap katanya selalu hanya ada dua suku kata. Karena itulah ada 4 suku kata untuk wangsalan dengan dua kata.
Sedangkan wangsalan dengan 4 kata, maka akan menggunakan 8 suku kata. Dan jumlah ini bisa di sebut sebagai yang terbanyak dalam rata-rata. Akan tetapi, perlu di ketahui pula bahwa ada dua wangsalan yang hadirnya selalu bersama dan terbentuk dari 12 suku kata. Dalam hal ini secara khusus, gabungan tersebut bisa di katakan sebagai jumlah yang paling panjang dari lainnya.
Wangsalan juga merupakan sebauh karya menarik dalam bahasa jawa karena cukup mirip dengan yang namanya pantun. Masih berkaitan dengan bentuknya, ternyata wangsalan paling tidak memikiki kesamaan berupa akhir kata yang bunyinya sama. Hal ini tentu saja cukup menarik. Selain itu, dalam penerapannya pun ada banyak wangsalan yang menggunakan majas dan sejenisnya.
Jenis Jenis Wangsalan
Selanjutnya, yang juga tidak kalah penting dari pembahasan mengenai wangsalan ini adalah mengenal jenis-jenisnya. Kali ini akan di bahas secara ringkas mengenai pembagian wangsalan sendiri. Sedangakan kategori jenis wangsalan di sini terbagi dalam dua kategori. ketiga kategori ini merupakan pembagian wangsalan dari pembentukan, cara pemaknaan dan situasi pemakaian.
Masing-masing dari kriteria yang telah di sebutkan di atas tentu saja akan di bagi lagi dalam beberaa bagian. Di mulai dari pembagian wangsalan berdasarkan pembentukannya, bisa di jumpai dua jenis, yakni wangsalan tunggal dan wangsalan rangkap. Untuk keduanya, tentu saja di lihat dari namanya saja sudah bisa di tebak bagaimana maksud dari masing-masing jenis wangsalan tersebut.
Kategori yang kedua adalah contoh wangsalan yang di lihat dari segi cara pemaknaannya. Dalam hal ini sebenarnya lebih cenderung pada aspek berapa kali pemaknaan atau berapa tahap cara pemaknaannya. Sedangkan kedua jenis ini memiliki nama wangsalan lamba dan wangsalan memet dengan pengertiannya serta contoh secara khususnya masing-masing yang akan di bahas berikutnya.
Nah, untuk kategori yang terakhir, dalam hal ini ada dua jenis wangsalan juga yang di bagi berdasarkan bagaimana situasi dalam pemakaiannya. Untuk kedua jenis tersebut yang pertama adalah wangsalan biasa dan yang kedua adalah wangsalan literer. Sebagaimana beberapa jenis sebelumnya, kedua wangsalan ini pun akan di jelaskan dengan contoh yang lebih spesifik di bawah.
Contoh Wangsalan Tunggal
Sebagaimana telah di jelaskan, wangsalan tunggal merupakan jenis wangsalan yang berasal dari pembagian berdasarkan bentuknya. Dalam hal ini, sesuai dengan namanya, wangsalan tunggal tersebut merupakan wangsalan yang bentuknya sederhana saja. Dan secara lebih spesifik, wangsalan tunggal ini bisa di katakan sebagai wangsalan yang hanay terdiri dari satu bagian.
Sedangkan untuk contoh dari wangsalan yang satu ini tentu saja begitu banyak sekali di temui. Diantaranya adalah seperti frase janur gunung. Wangsalan ini berarti daun kelapa gunung yang merujuk pada aren. Aren pun di maknai sebagai kedingaren yang dalam bahasa Indonesia bias adi sebut tumben. Selain contoh ini wangsalan nyaron bambu dan wader bungkuk juga sejenis.
Untuk penjelasannya secara lebih rinci, nyaron bambu di sini memiliki makna sejenis gamelan yang berasal dari bambu. Dalam hal ini merujuk pada angklung Dengan maksud cengklungan yang artinya lama sekali. Sedangkan wader bungkuk, jika di analisa merujuk pada makna sejenis ikan bongkok dengan maksud urang dan di artikan sebagai makna yang lebih jelas sebagai kurang.
Contoh Wangsalan Rangkap
Jika sebelumnya telah di bahas dan di contohkan wangsalan tunggal, kini saatnya mempelajari tentang wangsalan rangkap. Wangsalan rangkap ini berbeda dari wangsalan tunggal yang hanya terdiri dari satu bentuk. Untuk wangsalan rangkap terdiri dari dua bagian. Hal ini berhubungan dengan bentuk wangsalan yang suku katanya berjumlah 12 di mana hal itu telah di bahas sebelumnya.
Sebelumnya telah di sebutkan bahwa ada 2 wangsalan saja dalam bentuk seperti ini. Nah, salah satunya adalah carang wreksa, wreksa wilis tanpa patra. Maksud dari wangsalan ini dalam bahasa Jawa di artikan dengan kalimat ora gampang urip ning ngalam dunyo. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, artinya adalah tidak gampang hidup di dunia.
Contoh Wangsalan Lamba
Selanjutnya, masuk pada ranah wangsalan dengan pembagian berdasarkan cara pemaknaannya. Jenis pertama dari ketagori ini adalah wangsalan lamba. Wangsalan ini bisa di pahami sebagai salah satu jenis wangsalan yang mana proses pemaknaannya cukup di lakukan satu kali saja dan tidak perlu secara bertahap.
Salah satu contoh dari jenis wangsalan ini adalah kalimat wong kok menthil kacang. Jika di artikan dalam bahasa Indonesia secara bahasa, bisa di pahami dengan kalimat orang kok seperti buah kacang muda. Namun, jika di tafsirkan, penthil kacang atau kacang muda ini acuan maknanya seperti kata mbesengut atau dalam bahasa Indonesianya adalah cemberut.
Contoh Wangsalan Memet
Lain lagi dari jenis wangsalan lamba, kali ini wangsalan mamat adalah jenis sebaliknya. Jika wangsalan lamba cukup di tafsirkan satu kali saja, maka wangsalan lamba ini perlu tahapan dalam cara pemaknaannya. Dalam hal ini ada cukup banyak contoh yang bisa di pelajari. Sedangkan untuk sekedar pemahaman, bisa menggunakan contoh wangsalan uler kembang.
Dalam sekilas mungkin bisa di lihat bahwa wangsalan ini hanya terdiri dari dua kata simpel. Namun, untuk maknanya perlu di teliti secara lebih mendalam karena maksunya adalah pelan-pelan. Untuk mencapai makna tersebut, maka uler kembang harus di pahami sebagai lintah yang bunyinya sama dengan sak titahe. Sak titahe inilah yang memiliki makna tidak memaksakan diri.
Dalam hal ini bisa di pahami bahwasanya kata tidak memaksakan diri berarti tidak tergesa-gesa pula. Dengan begitu bisa jelas bahwa uler kembang memang memiliki makna dalam bahasa Jawa alon-alon di mana dalam bahasa Indonesianya memiiki arti pelan-pelan. Memang cara pemaknaan ini agak sulit, tapi juga tetap harus di pahami.
Contoh Wangsalan Biasa
Memasuki pada pembahasan contoh dari kriteria terakhir, kali ini adalah salah satu jenis wangsalan berdasarkan situasi pemakaiannya. Sedangkan untuk yang pertama merujuk pada jenis wangsalan biasa. Wangsalan yang satu ini merupakan jenis yang biasa di gunakan dalam pemakaian bahasa masyarakat sehari-harinya. Jadi, bisa juga di katakan tidak cukup istimewa dalam situasi ini.
Sedangkan contohnya tentu saja sangatlah banyak. Diantaranya seperti wangsalan njanur gunung dengan maksud tumben sebagaimana yang telah di jabarkan sebelumnya. Selain itu, contoh wangsalan biasa lainnya adalah jenang gula yang juga memiliki maksud tertentu di mana maknanya merujuk pada arti lupa.
Nah, asal muasal jenang gula bisa menjadi lupa ini adalah dengan memaknainya sebagai gulali. Gulali sendiri merupakan kata lain dari kembang gula. Sedangkan dalam kata gulali, dua suku kata di belakangnya berbunyi lali. Dari sinilah di dapatkan makna kembang gula adalah lali yang mana dalam bahasa Indonesia di sebut dengan kata lupa.
Contoh Wangsalan Literer
Jika sebelumnya di sebutkan bahwa wangsalan biasa adalah yang lazim di gunakan dalam kehidupan sehari-hari, maka wangsalan literer adalah sebaliknya. Dalam hal ini wangsalan literer merupakan wangsalan yang tidak biasa untuk bahasa sehari-hari, namun lazimnya di gunakan pada karya sastra. Alasannya adalah karena wangsalan literer sendiri memiliki makna yang indah-indah.
Salah satu contoh dari wangsalan yang satu ini adalah wohing tanjung, becik njunjung bapa biyung. Artinya adalah, lebih baik memuliakan bapak dan ibu. Dari susunan kata dalam wangsalan tersebut, tentu saja sudah bisa di lihat bahwa memang diksinya begitu menarik. kesan sastra di dalamnya pun tidak bisa di elak lagi sehingga pantas saja jika lazim di gunakan dalam sebuah karya sastra.
Fungsi Komunikatif Wangsalan
Dalam hal ini perlu di ketahui bahwa wangsalan tidak hanya ada begitu saja tanpa adanya fungsi tersendiri. Bahkan, dari beberapa contoh yang sudah di sajikan dapat di ketahui bahwa sebenarnya setiap wangsalan ini memiliki fungsi komunikatif tersendiri. Dan hal ini perlu di sadari sehingga bisa lebih mencintai apa yang di miliki dalam budaya lokal Jawa.
Selanjutnya, berbicara lebih dalam mengenai fungsi wangsalan, sebenarnya fungsi tersebut bisa di bagi menjadi beberapa. Diantaranya adalah 3 fungsi penting. Yang pertama adalah fungsi representatif. Yang kedua adalah fungsi ekspresif dan yang ketiga adalah fungsi direktif. Sedangkan fungsi-fungsi tersebut, bisa di sesuaikan dengan ungkapan sekaligu penggunaannya.
Untuk penjelasannya secara lebih dalam, fungsi representatif bisa di maksudkan sebagai fungsi untuk mengungkapkan atau menanyakan sesuatu. Sedangkan untuk fungsi ekspresif merupakan sebuah fungsi untuk mengungkapkan sebuah perasaan seseorang. Dan yang terakhir, untuk fungsi direktif merupakan fungsi untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu.
Pengertian wangsalan, fungsi wangsalan, contoh wangsalan tunggal, contoh wangsalan rangkep, contoh wangsalan lamba, contoh wangsalan memet, contoh wangsalan biasa, dll.
Boleh copy paste, tapi jangan lupa cantumkan sumber. Terimakasih